Selasa, 08 Mei 2012

manajemen konflik


MANAJEMEN KONFLIK

Manajemen Konflik : Cara Mengelola Konflik secara Efektif
Dalam interaksi dan interelasi sosial antar individu atau antar kelompok, konflik sebenarnya merupakan hal alamiah. Dahulu konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik dianggap sebagai gejala yang wajar yang dapat berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya. (Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus tentang management skills dan personal development, Dari pandangan baru dapat kita lihat bahwa pimpinan atau manajer tidak hanya wajib menekan dan memecahkan konflik yang terjadi, tetapi juga wajib untuk mengelola/memanaj konflik sehingga aspek-aspek yang membahayakan dapat dihindari dan ditekan seminimal mungkin, dan aspek-aspek yang menguntungkan dikembangkan semaksimal mungkin.
Penyebab Konflik
Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

A. Faktor Manusia
1. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
2. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
3. Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.

B.FaktorOrganisasi
1. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
   Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.

2. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
3. Interdependensi tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.

4. Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior men¬dapat tugas yang ringan dan sederhana.

5. Kekaburan yurisdiksional. Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
6. Masalah “status”. Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi.
7. Hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar unit/ departemen. (Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus tentang management skills dan personal development.

Akibat-akibat Konflik

Konflik dapat berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.
Akibat negatif
• Menghambat komunikasi.
• Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
• Mengganggu kerjasama atau “team work”.
• Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.
• Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
• Individu atau personil menga-lami tekanan (stress), mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme.

Akibat Positif dari konflik:

• Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
• Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
• Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
• Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.
• Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.


MOTIVATION
REKAN KERJA SUKA MENYEBARKAN GOSIP
Pertanyaan.
Rekan kerja suka menyebarkan gosip tentang diri saya, tindakan apa yang harus saya lakukan?
Saya Menjawab
Cara paling mudah untuk menangani gosip adalah dengan mengabaikannya. Tapi, bila Anda merasa terganggu oleh gosip tersebut, maka Anda harus bertindak untuk menghentikan gosip tersebut. Untuk itu, pastikan Anda mampu mengelola reaksi Anda, dan cerdas mengendalikan hal-hal yang digosipkan kepada Anda. Jangan fokus pada perilaku orang yang menggosipkan Anda, tapi fokuslah pada materi yang digosipkan terhadap diri Anda, dan tugas Anda adalah meluruskan materi yang digosipkan terhadap Anda melalui sikap dan perilaku positif Anda di tempat kerja. Kembangkan kebiasaan dan karakter dari dalam diri Anda untuk tidak mengeluh tentang rekan kerja yang tukang gosip tersebut. Tetaplah tenang dan kembangkan empati untuk menemukan alasan tentang perilaku rekan kerja yang suka menyebar gosip. Lalu, bangunlah kesadaran diri untuk mengelola perilaku diri sendiri, agar diri Anda menjadi lebih sempurna, dan tidak ada celah apa pun dari sikap, kepribadian, perilaku, kebiasaan, dan karakter Anda untuk dapat digosipkan oleh siapa pun.
MENGHORMATI NORMA-NORMA BUDAYA LOKAL
“Ketika Budaya Lokal Menghargai Gaya Kepemimpinan Top-Down, Maka Sesuaikan Perilaku Kerja Yang Dapat Memberikan Arahan Yang Jelas. Jangan Lagi Berteriak Pada Karyawan Untuk Menjalankan Tugas Mereka Tanpa Arahan Yang Jelas.”
Ketika seseorang memutuskan bekerja secara global, maka dia harus menghormati dan memahami norma-norma budaya di tempat dia bekerja. Globalisasi telah menjadi alasan untuk semakin banyak pekerja dari mancanegara bekerja di perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Globalisai di dunia pekerjaan harus menjadi alat untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi pekerja lokal, tanpa merusak norma-norma dan nilai-nilai kehidupan pekerja lokal. Karena, bila norma dan nilai pekerja lokal terinjak atau direndahkan, maka konflik secara terus-menerus akan merusak hubungan antara pekerja global dan pekerja lokal.
Walaupun perusahaan sudah beroperasional dengan standar manajemen internasional, tapi bekerja di sebuah budaya asing haruslah tidak hanya mengandalkan standar operasional dan manajemen yang dianggap sudah berstandar global. Seorang pekerja global harus memodifikasi perilaku agar sesuai dengan norma-norma budaya lokal. Dimanapun tanah yang kita injak, kita harus dapat menghormati dan menyesuaikan perilaku terhadap kearifan dan norma-norma kehidupan yang berlaku secara lokal.
Perilaku etis terhadap norma-norma budaya lokal akan menjadi kekuatan yang membuat pekerja global dan pekerja lokal, dapat bersatupadu untuk berprestasi menghasilkan kinerja terbaik. Para pekerja global harus selalu dapat menunjukkan nilai-nilai dan etika dalam gaya interaksi dan tindakan yang mengharmoniskan kehidupan perilaku kerja lokal. Kemampuan untuk bekerja dan berkontribusi dengan memperhatikan etika dan nilai-nilai kehidupan lokal yang dominan, dapat menjadi jembatan untuk menghasilkan kinerja dan prestasi terbaik.
Bila seorang pekerja global gagal mengidentifikasi nilai-nilai perilaku kerja lokal, maka ketidakpercayaan dapat membuat dirinya sulit untuk berbagi nilai-nilai kerja terbaik, dalam upaya untuk menghasilkan kinerja terbaik. Pekerja global terbaik pasti dapat menunjukkan perilaku etis yang kuat, untuk mempengaruhi tindakan orang lain melalui tata kelola organisasi yang berkualitas.
Pertanyaan
Menjalankan usaha warung dan rental playstesen di rumah, dan bersaing dengan tetangga. Bagaimana menyikapi kecemburuan persamaan usaha?
Saya Menjawab
Tetangga biasanya merupakan orang-orang terdekat dalam pergaulan sosial di lingkungan tempat tinggal.  Oleh karena itu, sangat diperlukan empati dan kesadaran untuk berperilaku agar kecemburan yang ada tidak menyebabkan konflik dengan tetangga. Jalankan usaha Anda sehari-hari dengan gairah, keyakinan, keberanian, kemauan yang tinggi. Tapi, tetaplah bersikap rendah hati dan selalu tersenyum baik kepada tetangga, walaupun mereka merasa cemburu dengan bisnis Anda.
Jangan pernah mempengaruhi pelanggan untuk tidak menggunakan produk atau jasa yang direntalkan oleh tetangga. Berkompetisilah secara beretika dalam jiwa besar untuk berbagi rejeki dengan orang-orang lain. Jangan menginginkan semua pelanggan untuk bisnis Anda sendiri. Tapi, lakukan pelayanan terbaik dengan mutu prima, dan selanjutnya, biarkan pelanggan sendiri yang memutuskan mau rental di tempat Anda atau di tempat tetangga Anda. Berbisnislah dengan hati dan logika untuk melayani orang lain dengan kualitas dan kepedulian yang tinggi.
Jadilah pebisnis yang berwawasan luas untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Untuk itu, sediakan waktu untuk melakukan penelitian pasar dan umpan balik dari para pelanggan tentang potensi lain yang bisa disinergikan atau dikolaborasikan dengan tetangga yang usahanya sama dengan Anda saat ini. Bila Anda mampu, maka tetangga-tetangga yang sekarang merasa tersaingi dan merasa cemburu oleh bisnis rental Anda, akan menjadikan Anda pemimpin informal dari bisnis dan kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, pastikan Anda mampu menjadi pemimpin masa depan dengan ide-ide yang menguntungkan buat orang-orang di sekeliling Anda.
KETIKA REKAN KERJA BERPERILAKU SEPERTI BOS
“Akar Permasalahan Dari Sikap Karyawan Biasa Yang Suka Memboskan Dirinya Sendiri Di Tempat Kerja, Adalah Tidak Berjalannya Etika Kerja Dan Sistem Kerja, Dalam Kepemimpinan Yang Mematuhkan Semua Orang Untuk Taat Struktur Organisasi.”
Kehidupan di tempat kerja selalu unik dengan perilaku kerja individu yang sangat tidak mudah untuk dipahami, dan kadang-kadang menciptakan kisah-kisah yang kurang etis yang terkesan sangat lucu. Sistem dan manajemen yang berkualitas untuk mengontrol dan mengelola orang-orang di tempat kerja, agar selalu patuh kepada etika dan tata kelola perusahaan yang sehat, adalah hal yang wajib dijalankan oleh kepemimpinan di perusahaan.
Beberapa waktu yang lalu saya mendengarkan keluhan dari seorang karyawan, yang merasa rekan kerjanya sudah sangat keterlaluan dengan sikap dan perilaku yang kurang etis. Menurut karyawan yang curhat ini, perilaku kerja dari rekan kerjanya ini melebihi bos, dan suka mengatur-ngatur pekerjaan dari karyawan lain. Padahal, dia tidak memiliki kewenangan untuk itu, tapi perilaku dirinya yang selalu mendominasi teman-teman sesama karyawan membuat dirinya selalu tampil seperti bos.
Akar permasalahan dari sikap karyawan biasa yang suka memboskan dirinya sendiri di tempat kerja, adalah tidak berjalannya etika kerja dan sistem kerja, dalam kepemimpinan yang mematuhkan semua orang untuk taat struktur organisasi. Bila saja perusahaan bersama keunggulan manajemen, kepemimpinan, dan sistem kerja yang profesional dapat menegakkan integritas setiap orang di tempat kerja; untuk menjalankan etika kerja secara adil, terbuka, dan penuh tanggung jawab; maka semua keluhan dan curhat dari karyawan tersebut tidak akan pernah terjadi.
Bahaya dari sikap karyawan yang suka memboskan dirinya di tempat kerja adalah akan menciptakan konflik batin dan kemarahan di dalam hati karyawan lain, sehingga karyawan-karyawan lain yang merasa tidak suka dengan perilaku dari rekannya yang memboskan diri itu, berpotensi kehilangan kualitas etos kerja dan kinerja. Bila hal ini terjadi, maka perusahaan akan mengalami kerugian atas turunnya motivasi kerja karyawan oleh ketidakharmonisan hubungan kerja.
Kepemimpinan dan sistem kerja di perusahaan harus memiliki kemampuan, untuk mengawasi dan menormalkan kembali perilaku dominan, dari karyawan-karyawan yang suka ngeboskan dirinya terhadap rekan-rekan selevelnya. Bila perilaku-perilaku dominan yang kurang etis dibiarkan ataupun dimanfaatkan untuk kepentingan sesaat kepemimpinan dan manajemen, maka hasilnya akan menciptakan lingkungan kerja yang penuh konflik batin dalam ketidakcerdasan emosional kerja karyawan.
Perusahaan yang cerdas pasti akan melatih dan mengarahkan semua karyawannya, untuk bekerja dalam kolaborasi dan sinergi yang harmonis, di bawah kepemimpinan yang tegas dan cerdas dalam mengkoordinasikan semua kekuatan dan keunggulan sumber daya perusahaan, buat kesuksesan pencapaian tujuan dan visi perusahaan.
Membiarkan perilaku karyawan yang terlalu dominan untuk mengendalikan pekerjaan dari karyawan lain yang satu level, hanya berpotensi untuk menimbulkan stres tambahan dalam ketegangan hubungan di tempat kerja. Termasuk,  sangat berpotensi untuk menurunkan semangat kerja, mengurangi produktifitas kerja, mengurangi efektifitas kerja, dan meningkatkan keluar-masuk atau perputaran karyawan di tempat kerja.
JANGAN SERING-SERING MENGKRITIK
“Dibutuhkan Kejujuran Dan Kepercayaan Diri Untuk Menjadi Kritikus Buat Diri Sendiri, Bukan Buat Orang Lain.”
Mengkritik adalah perilaku yang mengundang energi negatif ke dalam diri. Bila Anda suka mengkritik artinya persepsi Anda menangkap hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kehidupan Anda. Mengkritik adalah perasaan yang menjelaskan tentang ketidakpuasan diri terhadap realitas. Mengkritik adalah emosi yang mengekspresikan ketidaksukaan diri terhadap hal-hal yang dikritik. Mengkritik adalah emosi kecemburuan yang tidak ikhlas terhadap realitas yang tidak memuaskan harapan dan keyakinan diri.
Setiap orang pasti akan menghadapi kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Dalam hal ini, akan ada orang-orang yang menyalahkan orang lain melalui emosi kritik atas realitas dirinya, tapi akan ada juga orang-orang yang hidup dalam perasaan syukur, dan tidak menjadikan emosi kritik sebagai alat untuk menyalahkan orang lain atas ketidakpuasan dirinya terhadap realitas hidup.
Bila Anda menghadapi realitas kehidupan dengan perasaan tidak puas dan tanpa rasa syukur, maka hari-hari Anda berpotensi terperangkap dalam energi kritik. Anda pasti akan mengkritik pihak lain tentang terlambatnya kemajuan karir atau pekerjaan Anda. Anda pasti akan mengkritik pihak lain tentang melambatnya perjalanan Anda untuk meraih sukses. Anda pasti akan mengkritik pihak lain untuk semua ketidakpuasan Anda kepada realitas kehidupan. Pada akhirnya, emosi dan energi kritik akan menguasai mindset Anda, untuk menciptakan kebiasaan dalam diri Anda, agar Anda selalu mampu menemukan kesalahan dari pihak mana pun untuk dikritik.
Mengembangkan sikap positif untuk mengatasi ketidakadilan dalam kehidupan akan menghindarkan diri menjadi tukang kritik. Buat orang-orang yang menerima kritik, bila mereka berjiwa besar, maka semua kritikan yang mereka terima akan menjadi motivasi untuk melakukan yang terbaik.
Kritik yang diterima dengan ikhlas dan penuh perasaan syukur dapat dijadikan sebagai alat untuk pengendalian kualitas diri.  Oleh karena itu, lebih baik Anda menerima kritik untuk meningkatkan kualitas diri daripada menjadi tukang kritik yang hanya mampu melihat kekurangan di luar diri, dan tak mampu melihat kekurangan di dalam diri sendiri.
“Kita Semua Tidak Sekedar Berbeda Pendapat, Tapi Harus Ada Tujuan Mulia Untuk Menghadirkan Pendapat Kita.”
“Jangan Memulai Pendapat Dari Hasil Penilaian Negatif Tentang Orang Lain, Dan Jangan Berpendapat Dengan Cara Membohongi Fakta.”
“Apa yang harus dilakukan ketika bekerja dibawah kepemimpinan yang otoriter, yang hanya mau menang sendiri, dan yang tidak mau mendengarkan ide orang lain?” Tanya seorang manajer yang merasa dirinya dikucilkan oleh bosnya hanya karena perbedaan pendapat.
Sejenak saya berpikir untuk memberikan jawaban yang tepat, lalu saya berkata.” Perbedaan pendapat seharusnya menjadi hal positif untuk membangun organisasi yang kuat dengan wawasan yang luas. Tetapi, bila perbedaan pendapat tersebut berpotensi merusak organisasi, maka semua itu harus segera dihentikan. Bila perbedaan pendapat itu berpotensi menumbuhkan kreatifitas organisasi, maka pemimpinnya harus memiliki jiwa besar dan hati yang ikhlas untuk menerima perbedaan pendapat.”
Manajer terlihat mengangguk-anggukan kepalanya, tapi saya tidak tahu apakah itu tanda setuju atau tidak setuju? “Menurut saya, berpendapat itu tidak harus selalu benar. Sebab, pendapat atau opini adalah persepsi dan logika berpikir seseorang sebatas nilai-nilai keyakinan dirinya. Selama pendapat atau opini tersebut tidak menyebarkan benih untuk menumbuhkan konflik, maka pendapat tersebut layaknya dibiarkan hidup untuk memperkaya wawasan kehidupan. Tetapi, bila pendapat atau opini tersebut mulai mengganggu keadilan dan moralitas kehidupan, maka pendapat tersebut harus sebatas pendapat pribadi, dan tidak boleh dibiarkan masuk ke dalam ruang publik.” Kata saya lagi untuk memperkuat opini awal saya.
Saya melihat manajer masih mengangguk-anggukan kepalanya, dan terkesan sangat serius mendengarkan pendapat atau opini saya, semoga saja pendapat saya ini sejalan dengan persepsi dan logika berpikir manajer tersebut, sehingga tidak ada perbedaan pendapat antara saya dengan dia.
Kita semua tidak sekedar berbeda pendapat, tapi harus ada tujuan mulia untuk menghadirkan pendapat kita. Pendapat yang baik pasti dimulai dari sikap dan pikiran yang tulus untuk kebaikan semua orang. Oleh karena itu, jangan memulai pendapat dari hasil penilaian negatif tentang orang lain, dan jangan berpendapat dengan cara membohongi fakta. Pastikan selalu menghormati dan menghargai pendapat orang lain, agar pendapat Anda juga dihargai dan dihormati oleh orang lain.
“Bila Kita Selalu Mengisi Jiwa Kita Dengan Kekurangan Orang Lain, Maka Kita Akan Menjadi Pribadi Berwawasan Seluas Daun Kelor, Dan Tidak Akan Pernah Memiliki Wawasan Seluas Samudera.”
Dalam pergaulan bisnis kadang-kadang ada saja pihak yang merasa lebih superior dan meremehkan kehadiran seseorang yang dianggap tidak penting. Saya dapat memahami bahwa tidak semua orang yang ditemui itu memiliki kapasitas untuk menciptakan bisnis. Tapi, dalam etika pergaulan bisnis, setiap pihak wajib untuk saling memperlihatkan sopan-santun dan menghormati keberadaan orang lain.
Beberapa waktu yang lalu, di sebuah program motivasi perilaku dan etika kehidupan sosial, seorang peserta bertanya, “pak, bagaimana saya harus bersikap ketika rekan bisnis bos saya tidak menganggap kehadiran saya di ruang pertemuan?”
Saya menjawab, “bersikaplah seolah-olah rekan bisnis bos Anda itu orang yang sangat penting, dan jangan kecewa dengan sikap tidak santun dari orang yang Anda anggap sangat penting itu.”
Penanya sepertinya tidak puas dengan jawaban saya, dia lalu bertanya kembali.
“Apakah kita harus menganggap penting terhadap orang yang menganggap diri kita tidak penting?”
Sepertinya si penanya memiliki persoalan atas harga diri yang telah terlecehkan, dan sakit hati telah mengisi jiwa terdalamnya.
Saya menjawab, “mungkin saja rekan bisnis bos Anda itu memiliki perilaku superior dan tidak memiliki kemampuan kecerdasan sosial yang baik. Hal ini berpotensi menghasilkan energi sombong untuk menyakiti perasaan orang lain. Jadi, tetaplah Anda bersikap rendah hati dan menghormati keberadaan rekan bisnis bos Anda, walaupun dia tidak cerdas untuk menghormati keberadaan Anda.”
Salah satu cara terbaik dalam menjalani berbagai hambatan komunikasi dan interaksi adalah dengan tetap berjiwa besar dan berpikir positif terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan persepsi kita. Kalau kita mampu berpikir bahwa setiap orang itu penting dalam proses perjalanan kehidupan kita, maka kita pasti mampu belajar nilai-nilai positif dari perilaku negatif orang lain. Kita tidak boleh menjadi pribadi negatif hanya oleh alasan orang lain tidak bersikap baik terhadap diri kita.